Kamis, 27 April 2017

FAKTOR KEGAGALAN AS ROMA

 
Untuk kesekian kalinya AS Roma (hampir dipastikan) kembali gagal merengkuh gelar. Setelah mereka (dengan sangat disayangkan) harus tersingkir dari ajang Europa League dan Coppa Italia. Padahal dalam dua ajang tersebut klub berjuluk Il Lupi menjadi salah satu kandidat kuat untuk mendapatkan gelar yang telah lama dinanti yang terakhir kali mereka raih di musim 2007/2008.
Sebenarnya secara matematis mereka masih bisa mendapatkan gelar, yaitu Scudetto. Namun secara realistis lawan yang mereka hadapi ialah Juventus yang notabene sudah menguasai kompetisi Serie A selama 5 musim berturut turut. Memang bukan tidak mungkin untuk menggusur La Vecchia Signora dari puncak klasemen, tetapi AS Roma bukan hanya harus memenangkan setiap pertandingan, tetapi mereka juga harus berharap Juventus tersungkur "minimal" di dua laga dalam sisa giornata yang ada. Harapan yang memang sangat kecil peluangnya melihat superioritas Juventus di Italia dan performa luar biasa yang mereka tunjukkan di musim ini.
Dalam kegagalan AS Roma ada beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi performa mereka. Dan faktor - faktor tersebut akan coba di ulas dalam tulisan ini.

Hilangnya Sosok Pemimpin
Tak bisa di pungkiri bahwa AS Roma adalah Francesco Totti dan Francesco Totti adalah AS Roma. Begitulah anggapan masyarakat awam maupun mereka yang mengerti sepakbola. Tetapi apa yang mereka anggap sudah tidak sama dengan apa yang terjadi. Lantaran sang pangeran Roma tersebut tidak lagi menjadi "pemimpin" di lapangan. Jabatannya telah di ambil alih oleh penerusnya yaitu Daniele De Rossi. Kehadirannya kini lebih sebagai "penghabisan" slot pergantian pemain dikala timnya sedang unggul atau bahkan hanya sebagai "pemanis" bagi para suporter yang hadir di stadion. Tidak seperti dulu lagi, kehadiran Totti yang sangat dibutuhkan untuk mengangkat semangat dan moral tim. Sekarang beban tersebut harus di emban oleh Daniele De Rossi sebagai kapten di lapangan. Hilangnya kehadiran sosok pemimpin layaknya Totti menjadi salah satu faktor kurang maksimalnya performa Roma musim ini. Jangan salahkan De Rossi yang tidak bisa menjadi pemimpin yang baik. Patut di ingat bahwa ia mempunyai julukan Il Futuro Capitano yang secara garis besar mempunyai aura untuk mengangkat moral dan semangat tim layaknya Totti. Dan jangan salahkan pula Luciano Spalletti yang jarang memberikannya waktu bermain seperti dulu. Karena ini semua terjadi karena "Faktor U" yaitu usia yang membuat Totti tidak prima dan hadir kembali sebagai pemimpin.

Gaya Bermain Yang Monoton
Kepergian seorang Miralem Pjanic ke Juventus di awal musim memang menjadi sebuah kerugian tersendiri bagi AS Roma. Hal itu terlihat dari gaya permainan Roma musim ini yang tidak se-efektif musim lalu. Fakta menyebutkan bahwa Pjanic merupakan motor serangan Roma dalam 5 musim terkahir ia membela panji kesebelasan Giallorossi. Tidak hanya pandai dalam mengatur serangan namun pemain berkebangsaan Bosnia tersebut juga piawai dalam mengeksekusi bola mati. Ketiadaan seorang Pjanic berimbas kepada gaya bermain Roma. Roma seakan kehilangan otak untuk memulai serangan. Terbukti dari apa yang terjadi di musim ini bahwa Roma lebih sering menyerang dari sisi sayap yang di huni oleh Mohammed Salah, Diego Perotti, maupun Stephan El Shaarawy. Hal itu menjadi titik lemah Roma yang apabila sisi sayap mereka tidak efektif, Roma seakan kebingungan untuk menyerang. Roma memang masih mempunyai deretan gelandang top sebut saja Daniele De Rossi, Kevin Strootman, Radja Nainggolan, Leandro Paredes ataupun Clement Grenier. Namun gaya bermain mereka tidak "sepintar" Pjanic. Bahkan situasi tersebut membuat Spaletti harus mengubah gaya bermain Nainggolan. Ia dipaksa untuk bermain sebagai trequartista seperti halnya Pjanic sewaktu masih bermain di Roma. Tetapi Nainggolan tidak memiliki kreativitas layaknya Pjanic, ia lebih sering bertugas untuk merebut bola bukan mengatur ritme permainan. Dan salah satu imbas terbesar dari hilangnya seorang Pjanic adalah tidak adanya eksekutor bola mati yang handal yang mampu mengubah keadaan dikala Roma sedang membutuhkan sebuah gol.

Inkonsistensi Penampilan
Untuk sebagian romanisti di dunia mungkin sudah terbiasa dengan situasi seperti ini. Di ibaratkan penyakit lama yang kambuhan. Hampir di setiap musim yang di jalani AS Roma, mereka selalu mengalami inkonsistensi dalam hal penampilan di atas lapangan. Panas di awal, lemas di akhir. Penyakit tersebut masih saja menghampiri klub ibukota Italia di musim ini, yang menjadi salah satu faktor kegagalan mereka untuk meraih kesuksesan. Penulis beranggapan bahwa penyebab dari inkonsistensi penampilan Roma musim ini di dasari oleh kurangnya determinasi para pemainnya. Hal itu terbukti dari jumlah kekalahan klub yang berdiri di tahun 1927 itu mencapai 6 kali. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan pesaing mereka untuk menduduki posisi runner up yaitu Napoli yang berjumlah 4 kali. Mereka terlalu sering membuang poin penting di saat Juventus yang sedang kurang maksimal. Padahal untuk tim sekaliber AS Roma yang di gadang gadang mampu mematahkan dominasi Juventus di Serie A, hal seperti itu tidak boleh terjadi. Semangat juang untuk menjadi tim pemenang terkadang tidak terlihat di atas lapangan. Terbukti di laga kandang terkahir, mereka harus puas di tahan imbang oleh tamunya Atalanta dengan skor 1-1. Hasil imbang tersebut kian memantapkan posisi Juventus di puncak klasemen yang kini berjarak 8 poin dengan Roma setelah sebelumnya hanya terpaut 6 poin. Jika hal - hal tersebut masih saja terjadi di musim musim berikutnya, bukan tidak mungkin kalau AS Roma akan (kembali) berpuasa gelar.


Skuad Yang Kurang Mumpuni
Sudah menjadi hal wajib bagi setiap tim untuk memiliki skuad yang kompeten untuk menjalani 1 musim penuh. Terlebih jika tim tersebut di targetkan untuk meraih gelar. Tetapi hal itu tidak nampak di skuad AS Roma musim ini. Kepergian beberapa pemain penting seperti Miralem Pjanic dan Lucas Digne tidak dapat di antisipasi dengan baik oleh manajemen Roma untuk mencari pemain pengganti. Untuk posisi yang ditinggalkan Digne, Roma memang masih mempunyai pemain seperti Mario Rui dan Emerson Palmieri. Tetapi kualitas yang ditunjukkan dua pemain tersebut masih kurang memuaskan pelatih dan suporter. Hanya Emerson yang di awal-awal musim menunjukkan peningkatan permainan. Sementara Mario Rui masih harus berusaha keras untuk kembali ke performa puncaknya setelah menderita cedera otot ligamen di awal musim yang mengharuskannya untuk istirahat selama 6 bulan. Sedangkan untuk posisi yang ditinggalkan Miralem Pjanic, Roma tidak mampu untuk mencari pengganti yang pas. Pulangnya Leandro Paredes di gadang-gadang bisa menutupi hilangnya seorang Pjanic. Hal itu dikarenakan Paredes di sinyalir mempunyai gaya bermain yang hampir serupa dengan Pjanic. Namun malah sebaliknya, pemain yang sebelumnya sempat di pinjamkan ke Empoli tersebut lebih banyak duduk di bangku cadangan. Dia lebih sering bermain sebagai pemain pengganti atau sebagai pemain yang mengisi posisi Daniele De Rossi maupun Kevin Strootman dikala mereka absen. Ketidakmampuan manajemen Roma mencari pemain yang pas, dirasakan oleh Luciano Spaletti sebagai nahkoda tim. Hal itu di ungkapkan beberapa waktu lalu melalui sebuah wawancara. Pelatih berkepala plontos tersebut merasa kecewa oleh manajemen Roma yang tidak bisa mendatangkan Borja Valero dan Alejandro Gomez di bursa transfer lalu. Dan imbasnya baru terasa sekarang dimana Roma tidak mempunyai pemain yang mumpuni untuk menjadi backup untuk pemain seperti Radja Nainggolan serta Edin Dzeko. Keberadaan Francesco Totti sekalipun dirasa masih belum cukup dikarenakan usia yang membutnya tidak selalu fit dan performa yang tidak lagi sebagus dahulu.

Dari poin-poin diatas, terdapat poin penting yang dapat disimpulkan bahwa jika ingin meraih kesuksesan sebagai sebuah tim, semangat juang pantang menyerah harus terus di junjung tinggi. Karena sebuah proses yang di dasari oleh kemauan yang keras, niscaya sebuah hasil manis tidak akan lepas. Mengutip dari sebuah lirik idol grup JKT 48 bahwa usaha keras itu tak akan mengkhianati.


(Tulisan ini berdasarkan pengamatan penulis dalam perjalanan kiprah AS Roma selama hampir 1 (satu) musim penuh.)



sumber foto : http://sidomi.com/514142/hasil-liga-europa-2017-as-roma-vs-lyon-2-1-wakil-serie-a-tamat/

Rabu, 01 Juli 2015

Elektronik Perbankan

Pertanyaan :

1. Jelaskan perkembangan perbankan elektronik di Indonesia?
2. Sebutkan dan jelaskan jenis- jenis e- banking ?
3. Jelaskan prinsip penerapan e- banking dan m- banking ?
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan internasional electronics ford thonsfers?

Jawaban :


1.      Perkembangan Teknologi Perbankan Elektronik :

Dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, telah menciptakan jenis-jenis dan peluang-peluang bisnis yang baru di mana transaksi-transaksi bisnis makin banyak dilakukan secara elektronika. Sehubungan dengan perkembangan teknologi informasi tersebut memungkinkan setiap orang dengan mudah melakukan perbuatan hukum seperti misalnya melakukan jual-beli. Perkembangan internet memang cepat dan memberi pengaruh signifikan dalam segala aspek kehidupan kita. Penggunaan internet tidak hanya terbatas pada pemanfaatan informasi yang dapat diakses melalui media ini, melainkan juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan transaksi perbankan. Bank di Indonesia mulai memasuki dunia maya yaitu internet banking atau yang lebih dikenal dengan E-Banking, yang merupakan bentuk layanan perbankan secara elektronik melalui media internet. E-Banking pada dasarnya merupakan suatu kontak transaksi perbankan antara pihak bank dan nasabah dengan menggunakan media internet.

2. Jenis - jenis E-banking :

  • Automated Teller Machine (ATM). Terminal elektronik yang disediakan lembaga keuangan atau perusahaan lainnya yang membolehkan nasabah untuk melakukan penarikan tunai dari rekening simpanannya di bank, melakukan setoran, cek saldo, atau pemindahan dana.
  • Computer Banking. Layanan bank yang bisa diakses oleh nasabah melalui koneksi internet ke pusat data bank, untuk melakukan beberapa layanan perbankan, menerima dan membayar tagihan, dan lain-lain.
  • Debit (or check) Card. Kartu yang digunakan pada ATM atau terminal point-of-sale (POS) yang memungkinkan pelanggan memperoleh dana yang langsung didebet (diambil) dari rekening banknya.
  • Direct Deposit. Salah satu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh organisasi (misalnya pemberi kerja atau instansi pemerintah) yang membayar sejumlah dana (misalnya gaji atau pensiun) melalui transfer elektronik. Dana ditransfer langsung ke setiap rekening nasabah. 
  • Direct Payment (also electronic bill payment). Salah satu bentuk pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk membayar tagihan melalui transfer dana elektronik. Dana tersebut secara elektronik ditransfer dari rekening nasabah ke rekening kreditor. Direct payment berbeda dari preauthorized debit dalam hal ini, nasabah harus menginisiasi setiap transaksi direct payment.
  • Direct Payment (also electronic bill payment). Bentuk pembayaran tagihan yang disampaikan atau diinformasikan ke nasabah atau pelanggan secara online, misalnya melalui email atau catatan dalam rekening bank. Setelah penyampaian tagihan tersebut, pelanggan boleh membayar tagihan tersebut secara online juga. Pembayaran tersebut secara elektronik akan mengurangi saldo simpanan pelanggan tersebut.
  • Electronic Check Conversion. Proses konversi informasi yang tertuang dalam cek (nomor rekening, jumlah transaksi, dll) ke dalam format elektronik agar bisa dilakukan pemindahan dana elektronik atau proses lebih lanjut.
  • Electronic Fund Transfer (EFT). Perpindahan “uang” atau “pinjaman” dari satu rekening ke rekening lainnya melalui media elektronik.
  • Payroll Card. Salah satu tipe “stored-value card” yang diterbitkan oelh pemberi kerja sebagai pengganti cek yang memungkinkan pegawainya mengakses pembayaraannya pada terminal ATM atau Point of Sales. Pemberi kerja menambahkan nilai pembayaran pegawai ke kartu tersebut secara elektronik.
  • Preauthorized Debit (or automatic bill payment). Bentuk pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk mengotorisasi pembayaran rutin otomatis yang diambil dari rekening banknya pada tanggal-tangal tertentu dan biasanya dengan jumlah pembayaran tertentu (misalnya pembayaran listrik, tagihan telpon, dll). Dana secara elektronik ditransfer dari rekening pelanggan ke rekening kreditor (misalnya PLN atau PT Telkom).
  • Prepaid Card. Salah satu tipe Stored-Value Card yang menyimpan nilai moneter di dalamnya dan sebelumnya pelanggan sudah membayar nilai tadi ke penerbit kartu.
  • Smart Card. Salah satu tipe stored-value card yang di dalamnya tertanam satu atau lebih chips atau microprocessors sehingga bisa menyimpan data, melakukan perhitungan, atau melakukan proses untuk tujuan khusus (misalnya validasi PIN, otorisasi pembelian, verifikasi saldo rekening, dan menyimpan data pribadi). Kartu ini bisa digunakan pada sistem terbuka (misalnya untuk pembayaran transportasi publik) atau sistem tertutup (misalnya MasterCard atau Visa networks).
  • Stored-Value Card. Kartu yang di dalamnya tersimpan sejumlah nilai moneter, yang diisi melalui pembayaran sebelumnya oleh pelanggan atau melalui simpanan yang diberikan oleh pemberi kerja atau perusahaan lain
3.      Prinsip Penerapan E-Banking dan M-Banking :
  • Electronic Banking (e-banking) merupakan suatu aktifitas layanan perbankan yang menggabungkan antara sistem informasi dan teknologi, e-banking meliputi phone banking, mobile banking, dan internet banking. E-banking didefinisikan sebagai penghantaran otomatis jasa dan produk bank secara langsung kepada nasabah melalui elektronik, saluran komunikasi interaktif.
  • Banking meliputi sistem yang memungkinkan nasabah bank, baik individu ataupun bisnis, untuk mengakses rekening, melakukan transaksi bisnis, atau mendapatkan informasi produk dan jasa bank melalui jaringan pribadi atau publik, termasuk internet. Nasabah dapat mengakses e-banking melalui piranti pintar elektronis seperti komputer/PC, PDA, ATM, atau telepon.
Contoh-contoh E-Banking yang diterapkan di dalam sebuah bank adalah :
·         ATM, Automated Teller Machine atau Anjungan Tunai Mandiri
Ini adalah saluran e-Banking paling populer yang kita kenal. Setiap kita pasti mempunyai kartu ATM dan menggunakan fasilitas ATM. Fitur tradisional ATM adalah untuk mengetahui informasi saldo dan melakukan penarikan tunai. Dalam perkembangannya, fitur semakin bertambah yang memungkinkan untuk melakukan pemindahbukuan antar rekening, pembayaran (kartu kredit, listrik, dan telepon), pembelian (voucher dan tiket), dan yang terkini transfer ke bank lain (dalam satu switching jaringan ATM). Selain bertransaksi melalui mesin ATM, kartu ATM dapat pula digunakan untuk berbelanja di tempat perbelanjaan, berfungsi sebagai kartu debit. Bila kita mengenal ATM sebagai mesin untuk mengambil uang, belakangan muncul pula ATM yang dapat menerima setoran uang, yang dikenal pula sebagai Cash Deposit Machine/CDM. Layaklah bila ATM disebut sebagai mesin sejuta umat dan segala bisa, karena ragam fitur dan kemudahan penggunaannya.
·         Phone Banking
Ini adalah saluran yang memungkinkan nasabah untuk melakukan transaksi dengan bank via telepon. Pada awalnya lazim diakses melalui telepon rumah, namun seiring dengan makin populernya telepon genggam/HP, maka tersedia pula nomor akses khusus via HP bertarif panggilan flat dari manapun nasabah berada. Pada awalnya, layanan Phone Banking hanya bersifat informasi yaitu untuk informasi jasa/produk bank dan informasi saldo rekening serta dilayani oleh Customer Service Operator/CSO. Namun profilnya kemudian berkembang untuk transaksi pemindahbukuan antar rekening, pembayaran (a.l. kartu kredit, listrik, dan telepon), pembelian (a.l. voucher dan tiket), dan transfer ke bank lain; serta dilayani oleh Interactive Voice Response (IVR). Fasilitas ini boleh dibilang lebih praktis ketimbang ATM untuk transaksi non tunai, karena cukup menggunakan telepon/HP di manapun kita berada, kita bisa melakukan berbagai transaksi, termasuk transfer ke bank lain.
·         Internet Banking
Ini termasuk saluran teranyar e-Banking yang memungkinkan nasabah melakukan transaksi via internet dengan menggunakan komputer/PC atau PDA. Fitur transaksi yang dapat dilakukan sama dengan Phone Banking yaitu informasi jasa/produk bank, informasi saldo rekening, transaksi pemindahbukuan antar rekening, pembayaran (kartu kredit, listrik, dan telepon), pembelian (voucher dan tiket), dan transfer ke bank lain. Kelebihan dari saluran ini adalah kenyamanan bertransaksi dengan tampilan menu dan informasi secara lengkap tertampang di layar komputer/PC atau PDA.
·         SMS/m-Banking
Saluran ini pada dasarnya evolusi lebih lanjut dari Phone Banking, yang memungkinkan nasabah untuk bertransaksi via HP dengan perintah SMS. Fitur transaksi yang dapat dilakukan yaitu informasi saldo rekening, pemindahbukuan antar rekening, pembayaran (a.l. kartu kredit, listrik, dan telepon), dan pembelian voucher. Untuk transaksi lainnya pada dasarnya dapat pula dilakukan, namun tergantung pada akses yang dapat diberikan bank. Saluran ini sebenarnya termasuk praktis namun dalam prakteknya agak merepotkan karena nasabah harus menghapal kode-kode transaksi dalam pengetikan sms.
Di balik kemudahan e-Banking tersimpan pula risiko, untuk itu diperlukan pengaman yang baik. Lazimnya untuk ATM, nasabah diberikan kartu ATM dan kode rahasia pribadi (PIN); sedangkan untuk Phone Banking, Internet Banking, dan SMS/m-Banking, nasabah diberikan kode pengenal (userid) dan PIN. Sebagai pengaman tambahan untuk internet banking, pada bank tertentu diberikan piranti tambahan untuk mengeluarkan PIN acak/random. Sedangkan untuk SMS Banking, nasabah diminta untuk meregistrasikan nomor HP yang digunakan.
Dengan beragamnya kemudahan transaksi via e-Banking, kini pilihan ada di tangan kita untuk memanfaatkannya atau tidak. Namun mengingat tidak semua bank menyediakan layanan-layanan tersebut, maka seberapa pintarkah bank kita? Untuk dapat bertransaksi pintar, kini saatnya memilih bank pintar kita, tentunya sesuai kebutuhan transaksi.

      4.   Internasional Elektronik Fund Transfer :
      Electronic Funds Transfer Systems (EFTS) sudah menjadi metode utama yang melibatkan pembayaran dana dalam jumlah besar yang dilakukan lembaga keuangan dan nasabah bisnisnya. EFT didefinisikan sebagai pemindahan dana yang diawali dari terminal elektronik, instrument telpon, computer, atau magnetic tape untuk memesan, memerintahkan, atau memberikan kewenangan kepada lembaga keuangan untuk mendebet atau mengkredit rekening.  Kemampuan lembaga keuangan untuk menyediakan jasa-jasa tersebut seiring dengan perkembangan teknologi computer dan teknologi komunikasi data.


Kamis, 07 Mei 2015

Struktur Informasi dan Hubungan Antar Sub-sistem Aplikasi Bank

I. Pendahuluan
           Fungsi teknologi informasi di sektor keuangan, termasuk perbankan secara umum adalah untuk meningkatkan daya saing bank yang ditunjukkan dengan kecepatan, ketepatan, efisiensi, produktifitas, validitas dan pelayanan yang semakin meningkat. Peningkatan kinerja dan daya saing bank tersebut dimungkinkan dengan keberadaan teknologi informasi yang biasa berfungsi sebagai media yang biasa melakukan transaksi, mencakup wilayah geografis yang luas, analisis data, otomatisasi operasional bank, penyedian informasi, memproses kegiatan bank secara sekuensial, pengelolaan pengetahuan berbasis teknologi, serta fungsi disintermediasi yang memungkinkan pihak bank dan nasabahnya seolah-olah tidak ada penghalang dalam memenuhi kebutuhannya masing-masing.

II. Pembahasan


    HUBUNGAN ANTAR SUBSISTEM APLIKASI PADA OPERASIONAL BANK      

Konsep front office yang lebih mendekati sisi nasabah dan konsep back office yang lebih mendekati sisi bank sebagai lembaga keuangan yang harus mencatat, mendokumentasikan, dan atau mempublikasikan informasi keuangan, menyebabkan sistem aplikasi perbankan terdiri dari sub-sub sistem yang saling berkaitan sesuai dengan tahap-tahap pemrosesan dan jenis-jenis data keuangan. Hubungan tersebut bisa dilihat pada gambar berikut. 


Kriteria Pemilihan Perangkat Lunak Perbankan

Lembaga keuangan di Indonesia, termasuk bank, sudah lebih cepat dan intensif dibandingkan sector atau jenis industri lainnya dalam menerapkan teknologi computer dalam memberikan pelayanannya ke nasabah. Jasa-jas ini meliputi pembayaran komputerisasi (pemindahan dana melalui computer dengan fasilitas jaringan komunikasi datanya); jasa penyetoran dan pengambilan dana secara otomatis melalui ATM atau berbagai jenis kartu plastic; homebanking dan internet banking serta fasilitas pelayanan lainnya. Beberapa contoh jenis teknologi computer tersebut diantaranya mesin Automated Teller Machine (ATM), berbagai jenis kartu kredit, Point of sales (POS), electronic fund transfer system, dan otomatisasi kliring. Fungsi teknologi informasi (TI) telah mengalami perubahan dan perkembangan pesat pada decade terakhir ini.

Fungsi TI yang semakin khusus mendorong setiap bank untuk membentuk bagian, departemen, atau unit kerja khusus tersendiri. Walaupun struktur tersebut tergantung pada berbagai factor misalnya skla bisnis dan beban kerja, tetapi unit kerja tersebut mencerminkan 2 aspek kegiatan yaitu aspek pengembangan teknologi dan aspek operasionalnya. Fasilitas pengolahan data yang tersedia di bank saat ini merupakan hasil kemajuan teknologi dan kebutuhan untuk menjalankan operasi secara sistematis dan baik sesuai dengan aliran masuk dan keluar dana bank. Fasilitas tersebut berfungsi untuk menangani, memilih, menghitung, menyusun, melaporkan, dan mengirimkan informasi. Jadi penggunaan TI di bank dimaksud adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan data kegiatan usaha perbankan sehingga dapat memberikan hasil yang akurat, benar, tepat waktu, dan dapat menjamin kerahasiaan informasi (sesuai peraturan Bank Indonesia).


Fungsi TSI yang tepat tidak terlepas dari criteria pemilihan jenis teknologi yang akan digunakan oleh bank. Sistem aplikasi computer yang digunakan di bidang perbankan harus bisa mengakomodasikan semua kebutuhan bank dan sesuai dengan ketentuan otoritas moneter (salam hal ini adalah Bank Indonesia). Hal ini memerlukan pemilihan software computer mengingat jenis software yang ada dan ditawarkan di pasar relative banyak. Secara umum pemilihan ini berdasarkan kesesuaian antara kapasita bank dengan fasilitas atau kemampuan software yang akan dipilih sehingga investasi yang telah dikeluarkan benar-benar efektif dan memberikan nilai tambah terhadap bank. Sebagai contoh, Bank yang kapasitasnya relative kecil, misalnya Bank Perkreditan Rakyat atau BPR kurang relevan bila menggunakan system aplikasi computer yang menyediakan fasilitas transaksi dalam valuta asing atau pengelolaan giro. Hal ini menginbgat bahwa BPR tidak boleh melakukan transaksi dalam valuta asing dan tidak ikut dalam lalu lintas pembayaran giral. Penggunaan software tersebut menjadi tidak efisien dan biaya investasinya lebih besar dibandingkan dengan nilai tambah yang dihasilkannya.

Kriteria pemilihan software computer perbankan yang baik sesuai dengan kebutuhan bank secara umum berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berikut:

1. Kemampuan dokumentasi atau Penyimpanan Data Jenis dan klasifikasi data bank yang relative banyak harus bisa ditampung oleh software yang akan digunakan, termasuk pertimbangan segi keamanan datanya. Jumlah nasabah serta frekuensi dan jumlah transaksi harian yang besar memerlukan memory computer yang besar, selain memerlukan kecepatan prosesor yang tinggi juga. Sebagai contoh BPR kurang efisien jika menggunakan mesin besar, misalnya AS/400 dalm operasionalnya karena kapasitas dan cakupan geografis BPR biasanya relative kecil.


2. Keluwesan (Flexibility) Operasional bank selalu berkembang dengan kebutuhan yang berubah-ubah dan mungkin bertambah di kemudian hari walaupun informasi dasarnya tetap sama. Kondisi ini harus bisa diantisipasi oleh perangkat lunak computer sampai batas-batas tertentu. Setiap bank mempunyai system dan prosedur yang mungkin berbeda meskipun data atau informasi dasar yang diolahnya sama. Perangkat lunak computer yang fleksibel dapat digunakan oleh dua bank yang kapasitasnya sama tetapi system dan prosedurnya berbeda.

3. Sistem Keamanan Sebagai lembaga kepercayaan masyarakat (agent of trusth), bank memerlukan system keamanan yang handal untuk menjaga kerahasiaan data atau keuangan nasabah; serta mencegah penyalahgunaan data atau keuangan oleh pihak lain yang tidak bertanggung jawab. Software computer perbankan yang baik harus menyediakan fasilitas pengendalian dan pengamanan tersebut.

4. Kemudahan penggunaan (user friendly) Pengertian mudah dioperasikan bukan berarti setiap pemakai (user) bisa mengakses ke software tersebut tetapi petugas yang memang mempunyai kewenangan mudah mengoperasikan proses yang menjadi tanggung jawabnya. Tahap input, proses, dan output yang dilakukan pada software tersebut tidak menjadi penghambat dalam kegiatan perbankan secara keseluruhan. System aplikasi computer yang baik bahkan dapat mendeteksi kesalahan pengoperasian yaitu dengan memberikan error message dan memberikan petunjuk pemecahan masalahnya.

5. Sistem Pelaporan (Reporting system) Data atau informasi yang dibutuhkan harus bisa disajikan dalam bentuk yang jelas dan mudah dimengerti. Bank memerlukan laporan-laporan yang lengkap dan jelas tersebut terutama dalam proses pemeriksaan (audit) atau penyajian laporan yang bisa dimengerti oleh pihak-pihak yang berkempentingan dengan harapan keuangan setiap bank menjadi lebih transparan dan bisa dipertanggungjawabkan.

6. Aspek Pemeliharaan Kinerja software perbankan diharapkan relative stabil selama bank beroperasi. Kondisi ini memerlukan aspek pemeliharaaan yang baik, dalam arti secara teknis tidak sulit dilakukan dan tidak membutuhkan biaya yang relative mahal. Pemeliharaan ini juga menyangkut pergantian atau perbaikan teknis peralatan dan modifikasi atau pengembangan software.

7. Source Code Software perbankan biasanya merupakan program paket yang sudah di-compile sehingga menjadi excecutable file. File program tersebut relative tidak bisa dirubah atau dimodifikasi seandainya bank menginginkan perubahan atau fasilitas tambahan dari software tersebut. Kondisi ini bisa diatasi jika pihak bank mempunyai dan memahami software tersevut dalam bentuk bahasa pemrograman aslinya atau source code.

sumber : http://aurisophanz.blogspot.com/2013/09/kriteria-pemilihan-teknologi-perangkat.html

Minggu, 19 April 2015

Contoh Laporan Keuangan

1. Laporan Keuangan Neraca Bank


2. Laporan Laba Rugi Bank



3. Laporan Kualitas Aktiva Produktif






4. Laporan Komitmen dan Kontingensi



(sumber : http://roniraffa.blogspot.com/2015/04/terapan-komputer-perbankan.html)